Senin, 12 April 2010

Malin Kundang



Malin Kundang

Pada suatu waktu, hiduplah sebuah keluarga nelayan di pesisir pantai wilayah Sumatera Barat. Karena kondisi keuangan keluarga memprihatinkan, sang ayah memutuskan untuk mencari nafkah di negeri seberang dengan mengarungi lautan yang luas. Ayah Malin tidak pernah kembali ke kampung halamannya sehingga ibunya harus menggantikan posisi ayah Malin untuk mencari nafkah.
Malin termasuk anak yang cerdas tetapi sedikit nakal. Ia sering mengejar ayam dan memukulnya dengan sapu. Suatu hari ketika Malin sedang mengejar ayam, ia tersandung batu dan lengan kanannya luka terkena batu. Luka tersebut menjadi berbekas dilengannya dan tidak bisa hilang.
Karena merasa kasihan dengan ibunya yang banting tulang mencari nafkah untuk membesarkan dirinya. Malin memutuskan untuk pergi merantau agar dapat menjadi kaya raya setelah kembali ke kampung halaman kelak.
Awalnya Ibu Malin Kundang kurang setuju, mengingat suaminya juga tidak pernah kembali setelah pergi merantau tetapi Malin tetap bersikeras sehingga akhirnya dia rela melepas Malin pergi merantau dengan menumpang kapal seorang saudagar.Selama berada di kapal, Malin Kundang banyak belajar tentang ilmu pelayaran pada anak buah kapal yang sudah berpengalaman.
Di tengah perjalanan, tiba-tiba kapal yang dinaiki Malin Kundang di serang oleh bajak laut. Semua barang dagangan para pedagang yang berada di kapal dirampas oleh bajak laut. Bahkan sebagian besar awak kapal dan orang yang berada di kapal tersebut dibunuh oleh para bajak laut. Malin Kundang beruntung, dia sempat bersembunyi di sebuah ruang kecil yang tertutup oleh kayu sehingga tidak dibunuh oleh para bajak laut.
Malin Kundang terkatung-katung ditengah laut, hingga akhirnya kapal yang ditumpanginya terdampar di sebuah pantai. Dengan tenaga yang tersisa, Malin Kundang berjalan menuju ke desa yang terdekat dari pantai. Desa tempat Malin terdampar adalah desa yang sangat subur. Dengan keuletan dan kegigihannya dalam bekerja, Malin lama kelamaan berhasil menjadi seorang yang kaya raya. Ia memiliki banyak kapal dagang dengan anak buah yang jumlahnya lebih dari 100 orang. Setelah menjadi kaya raya, Malin Kundang mempersunting seorang gadis untuk menjadi istrinya.
Berita Malin Kundang yang telah menjadi kaya raya dan telah menikah sampai juga kepada ibu Malin Kundang. Ibu Malin Kundang merasa bersyukur dan sangat gembira anaknya telah berhasil. Sejak saat itu, ibu Malin setiap hari pergi ke dermaga, menantikan anaknya yang mungkin pulang ke kampung halamannya.
Setelah beberapa lama menikah, Malin dan istrinya melakukan pelayaran disertai anak buah kapal serta pengawalnya yang banyak. Ibu Malin yang melihat kedatangan kapal itu ke dermaga melihat ada dua orang yang sedang berdiri di atas geladak kapal. Ia yakin kalau yang sedang berdiri itu adalah anaknya Malin Kundang beserta istrinya.
Ibu Malin pun menuju ke arah kapal. Setelah cukup dekat, ibunya melihat bekas luka dilengan kanan orang tersebut, semakin yakinlah ibunya bahwa yang ia dekati adalah Malin Kundang. "Malin Kundang, anakku, mengapa kau pergi begitu lama tanpa mengirimkan kabar?", katanya sambil memeluk Malin Kundang. Tetapi melihat wanita tua yang berpakaian lusuh dan kotor memeluknya Malin Kundang menjadi marah meskipun ia mengetahui bahwa wanita tua itu adalah ibunya, karena dia malu bila hal ini diketahui oleh istrinya dan juga anak buahnya.
Mendapat perlakukan seperti itu dari anaknya ibu Malin Kundang sangat marah. Ia tidak menduga anaknya menjadi anak durhaka. Karena kemarahannya yang memuncak, ibu Malin menyumpah anaknya "Oh Tuhan, kalau benar ia anakku, aku sumpahi dia menjadi sebuah batu".
Tidak berapa lama kemudian Malin Kundang kembali pergi berlayar dan di tengah perjalanan datang badai dahsyat menghancurkan kapal Malin Kundang. Setelah itu tubuh Malin Kundang perlahan menjadi kaku dan lama-kelamaan akhirnya berbentuk menjadi sebuah batu karang. Sampai saat ini Batu Malin Kundang masih dapat dilihat di sebuah pantai bernama pantai Aia Manih, di selatan kota Padang, Sumatera Barat.

Malin Kundang

At one time, there lived a family of fishermen in coastal areas of West Sumatra. Because the financial condition of the family concerned, the father decided to make a living in the country by wading across the wide oceans. Malin's father never returned to his hometown so that her mother had to replace the position of Malin's father for a living.
Malin including a smart boy but a little naughty. He often chasing chickens and hit him with a broom. One day, when Malin was chasing chickens, she tripped over a stone and a stone hit her right arm injury. The wound became dilengannya trace and can not be lost.
Feeling sorry for the mother who threw the bones for a living to raise themselves. Malin decided to go wander in order to become rich after returning to my hometown someday.
Mother Malin Kundang less initially agreed, remembering her husband also never returned after going Malin wander but finally insist that he was willing to go wander off Malin with a boat ride on the ship saudagar.Selama, Malin Kundang lot to learn about seamanship on the crew already experienced.
Along the way, suddenly climbed Malin Kundang ship attacked by pirates. All merchandise traders who were on the ship seized by pirates. Even most of the crew and people on board was killed by the pirates. Malin Kundang lucky, he could hide in a small space enclosed by the timber so as not to be killed by the pirates.
Malin Kundang float amid sea, until finally the ship in which he stranded on a beach. With the remaining force, Malin Kundang walk towards the nearest village from the beach. Malin village where villagers stranded is very fertile. With tenacity and perseverance in working, over time Malin had become a wealthy man. He has many fruit merchant ship with a child of more than 100 people. After becoming rich, Malin Kundang to marry a girl to be his wife.
News Malin Kundang who have become wealthy and have been married to the mother also told Malin Kundang. Mother Malin Kundang feel grateful and very happy his son has succeeded. Since then, the mother of Malin every day go to the dock, waiting for their children who may return home.
After some time to get married, Malin and his wife made the voyage with the crew and a lot of bodyguards. Malin's mother who saw the arrival of the ship to the dock to see there are two people who were standing on the deck. He was convinced that it is standing along with his wife, his son Malin Kundang.
Malin's mother was headed toward the ship. Once close enough, his mother saw the scar on the right hand’s a person, the more assured his mother that he was approached Malin Kundang. "Malin Kundang, my son, why did you go so long without sending a word?", He said, hugging Malin Kundang. But to see an old woman dressed in tattered and dirty hugged Malin Kundang became angry even though she knows that the old woman is the mother, because she was embarrassed when it was known by his wife and also his subordinates.
Get treated like that of his son's mother is very angry Malin Kundang. He did not expect their children to be children of disobedience. Because anger is mounting, Malin's mother swore his son "Oh my God, if he my son, I cursed him into a stone."
Not long afterwards Malin Kundang again go sailing and on the way coming storm destroyed the ship Malin Kundang. After that Malin Kundang body slowly becomes rigid and eventually finally shaped into a rock. Until now Batu Malin Kundang can still be seen at a beach called Aia Manih coast, south of the city of Padang, West Sumatra.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar